menari
mata-mata tajam mulai menatapku
tak asing, suara bisik mulai terdengar
'menarilah malam ini diatas altar, nanti lehermu akan ditebas ditengah karpet suci'
dihempas nafas panjang
dan aku juga akan meregang nyawa disini
pada lanskap sureal
aku terdiam, dan jemari mulai menari
mengikuti alunan elegi paling suram yang pernah kita dengar bersama, dan aku mendekapmu dengan melankoli
di altar ini, kita terlentang bersama
dan yang hadir selanjutnya, hanya orang-orang kalah
berjalan tutup mata, ataupun teler berat
menarilah malam ini diatas altar
nanti lehermu ditebas, dan aku juga habis
aku menyentuh jerami mu yang pandai nan piawai
tanyapun terucap dari mulut brengsekmu
'apa yang sebenarnya kita berdua lakukan lalu kita berdua rayakan?'
lalu kita berdua menciptakan ruang imaji
sepakat kita menghapus spektrum hitam dan putih
melampaui dunia relitas
membohongi dunia fiksi
tapi, mereka tak mengenali itu
hanya suara dekap kita, kita berdua
kita berdua, dan tak akan pernah musnah
pada tatapan kita kearah jendela
hujan tangis terdengar
sebuah pesawat terguncang
tokoh agamapun tewas
eksekutor menyalahkan ruang imaji yang kita ciptakan
pada mesin waktu yang berjalan begitu cepat
akhirnya kita menemui eksekusi
kau ditebas sebagai perenung ruang
dan aku ditusuk sebagai pencuri waktu
di altar itu, orang-orang ramai melihat melihat jasad kita dijatuhkan
dan semua mata itu sepakat, bahwa kita telah menemui hidup selanjutnya
sorak sorai terdengar mengiringi saat jasad kita terangkat
tapi, mereka tertipu atas apa yang kita sepakati
melampaui dunia relitas
membohongi dunia fiksi
saat itu, kita berdua menjelma udara
dan menari tanpa henti tanpa harus khawatir
sebab, jasad kita terbatas dan jiwa senantiasa bebas
sebab, jasad kita terbatas dan jiwa senantiasa bebas
Komentar
Posting Komentar